Kebahagiaan itu... kadang orang mencarinya kemana-mana...padahal dia begitu dekat.. hanya berjarak 1 mili..

Kamis, 28 April 2011

Jejak Para Permata



Seorang pengembara melakukan perjalanan yang panjang untuk mengelilingi dunia. Dia selalu melakukan perjalanan didalam kereta kecilnya. Mengunjungi banyak tempat dan melihat banyak hal dari dalam kereta kecilnya itu.

Suatu hari ketika dia sedang beristirahat, ia melihat dua orang pemuda yang sedang menebang pohon dan semak belukar. Dia bangun dan mengamati pemuda – pemuda itu dari dalam ketera kecilnya. Hingga akhirnya salah seorang dari pemuda itu mendatanginya dan menyapanya.

”Apa yang kau lakukan disini?” tanya pemuda itu.

”Aku sedang beristirahat dari perjalananku” jawabnya ragu – ragu.

”Kau seorang pengembara?”

Dia mengangguk dan bertanya pada pemuda itu apa yang sedang mereka lakukan.

”Kami juga seorang pengembara, dan kami ingin berhenti disini untuk membuat desa yang menyenangkan seperti tempat – tempat yang sudah pernah kami datangi dulu.” terangnya. ”Apakah kau mau ikut membantu kami?”

Sekali lagi dia mengangguk dan keluar dari kereta kecilnya untuk bergabung dengan kedua pemuda itu.

Beberapa hari telah ia lalui bersama kedua pemuda tersebut. Dia membantu mereka menebang pohon, membuat api unggun, mencari buah – buahan untuk dimakan dan bercerita mengenai banyak hal. Sampai ia hampir melupakan kereta kecilnya.

Suatu ketika, ia melihat batu yang indah menggantung di leher kedua pemuda itu. Batu itu berkilau cemerlang dan gemerlapan. Ia belum pernah melihat batu seindah itu. Bahkan yang ia miliki adalah sebuah batu gelap dan kasar yang ia dapatkan dari orang tuanya dulu.

Kesedihan dan rasa iri melandanya. Hingga ia ingin kembali ke kereta kecilnya.

”Kenapa kau tidak bersama kami saja membuat tempat yang menyenangkan bersama – sama?” tanya pemuda kedua saat ia mengatakan maksudnya untuk berpisah.

”Aku adalah pengembara, makanya aku harus tetap mengembara.”

”Tak bisakah kau mengembara bersama kami?”

”Bagaimana mungkin aku mengembara bersama kalian? Kalian akan membuat desa dan tinggal di desa ini. Kalian tidak melakukan perjalanan.”

”Kami akan tetap mengembara di desa ini. Melakukan perjalanan untuk belajar menemukan kebahagiaan di desa ini. Bersama teman – teman yang akan kami temui di desa ini nantinya. Pengembaraan tidaklah selalu sebuah perjalanan ke tempat lain. Tapi perjalanan untuk menemukan sesuatu yang baru dan membahagiakan, bahkan di tempat yang sama sekalipun.”

”Aku tidak bisa bersama kalian. Aku tidak menemukan kebahagiaan bersama kalian. Justru kesedihan dan rasa iri yang muncul dalam diriku.” katanya sedih.

”Apakah kami yang membuatmu sedih?” tanya pemuda pertama. ”Maafkanlah kami jika begitu. Tapi apa yang membuatmu merasakan kesedihan dan iri pada kami? Kami selama ini sangat bahagia bersamamu.”

Pengembara itu menundukkan kepalanya, lalu dengan perlahan menunjuk pada batu yang menggantung di leher pemuda – pemuda itu. ”Kalian memiliki batu yang sangat indah. Selama ini aku belum pernah melihat batu seindah itu. Bahkan yang kupunyai adalah batu jelek ini.” katanya sambil merogoh sakunya dan menunjukkan batunya.

Kedua pemuda melihat batu itu dan tersenyum bersamaan.

”Itu batu yang sama yang kami miliki.” jawab mereka.

”Mana mungkin sama!”

”Batu kami dulunya juga seperti itu. Lalu kami bertemu dan melakukan perjalanan bersama – sama. Sambil melakukan perjalanan itu, kami saling mengasah batu kami. Hingga kahirnya batu itu menjadi seperti ini.” jelas pemuda pertama. ”Apakah kau bersedia melakukan perjalanan bersama kami dan saling mengasah batu kita?”

Pengembara itu tersenyum dan mengangguk dengan penuh semangat. Dan mereka bertiga memulai kembali perjalanan mereka untuk membuat tempat yang menyenangkan.

Setiap manusia memiliki batu permata mentah yang belum berbentuk, kasar dan gelap. Oleh karenanya diperlukan teman dan waktu untuk mengasahnya menjadi permata indah yang berkilauan. Kebahagiaan tidak akan datang sendiri, namun harus kita jemput dan membuat kesempatan untuk mendatangkan kebahagiaan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar