Cairan Kuning Itu Menertawaiku

Ng... kisah ini dimulai ketika saya mulai part time jaga di persewaan buku n komik, maklum... penggila komik. Rasanya sudah terjadi luama sekali (padahal baru 2 mingguan). Waktu itu saya dapat shift siang, yaitu jam 13.00-17.00. udara... hawa... cuaca... apapun itulah, intinya waktu itu puanas sekali. Karena sepi, saya jadi melamun dan mamikirkan nasib yang kuliah g kelar-kelar, ditambah lagi uang didompet yang tinggal lima ribu. Padahal gaji masih dua hari lagi.

Tiba-tiba (jreng..jreng...jreng...) datang seorang ibu-ibu yang ruamah sekali menyapa saya, dan memporak-porandakan lamunan yang tersusun rapi. Saya langsung mengeluarkan kalimat yang biasa dipakai kalo ada pelanggan.
”Mau balikin atau mau pinjam bu?” plus dengan senyum merekah yang g setengah-setengah (tapi seperempat-seperempat).
”G kok mbak, cuma mau lihat-lihat.” tuh ibu senyum menyenangkan.
Ibu itu lalu mengajak ngobrol mulai dari buku-buku yang ada disitu, sampai akhirnya cerita tentang dirinya dan diriku.... Sumpah. Ngobrolnya menyenangkan sekaleeee....
Sampai akhirnya.... (teng.......teng.....teng......) muncullah obrolan yang sudah disiapkan tuh ibu dari awal.
”Mbak, ini nih, ibu mau nawarin parfum. Murah loch, Cuma dua ribu kok. Ada macam-macam. Yang lembut, kuat, segar, ada juga ini nih, yang bisa dipake sebagai pengganti mandi. Jadi kalo g mandi, cukup pake ini saja.”
What?????????????? Apa saya kelihatan jarang mandi ya???


Eh..bukan itu. Tapi ternyatooooo.... tuh ibu sales parfum. Saya yang sudah terbuai dengan obrolan manis bak madu tadi... langsung blank... pikiran pertama sich, tuh botol parfumnya cantik teung, bening atuh....parfumnya juga murah banget, cuma dua ribon.
Karena berfikir kayak gitu tuh... akhirnya saya diam saja dan mendengarkan tuh ibu bicara. Lalu ibu itu menuangkan 40 mil cairan kuning itu, ditampah sedikit cairan bening... lalu munculllah pertunjukkan mencampur parfum itu. Dengan melongo dan takjub seperti melihat pertunjukkan sirkus (udik banget), saya hanya mengangguk-angguk.
“Mau botol yang mana mbak?”
Dengan tetap melongo, saya pilih botol beling (dibaca: kaca) yang tinggi ramping.
”Mbaknya pinter nich, pilih botol yang bagus. Q kasih sepuluh ribu aja buat botolnya mbak. Ibuk belinya sembilan ribu, cuma untung seribu gak papa. Biar jadi pelanggan.”
Setelah itu saya tidak terlalu ingat apa tepatnya`percakapan kami. Saya membayar sembilan puluh ribu, hutang uang toko. Ibuk itu pamitan, yang sebelumnya menanyakan jadwal shift saya.
Beberapa menit saya melongo. Blank bener. Sembilan puluh ribu hanya untuk parfum???? Bahkan saya g pernah pake parfum (biasanya pake bedak kodomo, parfum bayi eu). Dan saya malah berhutang untuk ini???? Luemeeeeessss tenan. Hati terasa hancur dan perih. Betapa bodohnya daku.

Sampai kos..saya masih lemah, letih, lesu dan lunglai (sayangnya obat diiklan itu pasti tidak mampu membuat saya segar). Saya letakkan parfum itu di atas lemari. Mbak saya tanya, dan tertawa ketika saya ceritakan.
”Dua ribu itu satu milimya non....”
Saya hanya mampu ber he..he...he....
Malah si mbak tanya ”Yakin kamu g dihipnotis dek?”
Haaaaa!!!!!!
Btw, akhirnya sampai sekarang parfum itu masih bertengger di atas lemari. Dan tak setetespun parfum itu pernah terpakai. Saya selalu mencoba menghindar melihatnya. Karena apa?
Karena setiap parfum itu terlihat mata, seolah-olah cairan kuning itu menertawai saya....